Skip to main content

Ruang Penitipan Anak di Kantor?


Udah lama banget penulis suka nulis tapi ga berani di publish karena takut kalau topik yang dibahas terkesan receh dan gak penting, atau menyinggung netijen, atau  gak sesuai dengan keinginan oranglain. Tapi akhirnya tangan penulis gatel pengen share mengenai isu yang sebetulnya sepele tapi selalu terjadi di sekitar kita, yaitu isu bawa anak ke kantor. Sambil nulis blog ini, penulis selalu mikir kalau nanti netijen bakal mikir: lu aja belum punya anak sok nulis solusi ngurusin anak orang. Ya penulis telan ajadeh kalau itu komentar netijen. Hehe.
Kita tahu mayoritas pekerja kantor adalah orang-orang yang sudah bekeluarga dan memiliki anak. Sering terlihat orang tua yang bekerja (working mom/dad) membawa anaknya ke tempat kerja mereka. Hal ini bukanlah pemandangan yang baru. Penulis sendiri dulu selalu dibawa ke kantor oleh papa penulis. Pas anak libur tetapi orangtua tidak, biasanya orangtua selalu membawa anaknya ke kantor
Saat ini, penulis selalu melihat pekerja kantor di tempat penulis magang banyak yang membawa anaknya. Biasanya mereka akan membawa anaknya waktu siang setelah menjemput anak sekolah. Kemudian anaknya akan stay di kantor sampai jam pulang kerja orangtuanya (biasanya akan pulang lebih cepat dari waktu awal).
Kalau sudah di kantor, beragam tingkah yang di tunjukkan anak-anak. Ada yang anteng duduk tenang di dekat orangtuanya, ada juga yang berkeliaran seakan kantor tempat bermainnya. Kalau dulu penulis tipenya anak yang dibawa ke kantor anteng, di sediain kertas hvs, pulpen atau pensil udah deh duduk tenang. Atau kalau udah bosan, penulis mainin kursi kantor dengan kakak penulis.
Hal inilah yang membuat penulis memiliki ide untuk meminimalisir kemungkinan terganggunya kerjaan orangtua di kantor. Disediakannya ruangan untuk anak di kantor dengan penjaga yang bertugas mengawasi dan memberikan ajaran singkat seperti belajar bahasa maupun membaca. Di dalam ruangan anak ini sendiri nantinya ada buku-buku, komputer, dan beberapa perangkat game yang bisa menghibur anak ketika menunggu orangtuanya bekerja tanpa mengganggu kerjaan orangtuanya. Orangtua yang membawa anaknya ke kantor pastilah tidak akan konsentrasi pada saat bekerja. Pikiran mereka akan terbagi, satu fokus ke kerjaan dan satu lagi fokus ke anaknya. 
Orangtua yang membawa anak cukup menitipkan anaknya di ruangan anak dan melanjutkan pekerjaannya. Setelah pekerjaannya selesai, orangtua dapat menjemput anaknya kembali. Orangtua juga dapat mengunjungi anaknya pada saat jam makan siang dan kembali bekerja saat waktu makan siang sudah habis. Namun pasti ada beberapa orangtua yang tidak suka menitipkan anaknya dengan orang lain dengan alasan tidak percaya pada pengasuhnya karena belum kenal. Permasalahan penjaga anak di ruangan inilah yang juga harus kita pertimbangkan. Harus dipilih dengan hati-hati siapa yang nantinya akan bertugas di ruangan penitipan anak di kantor.
Sungguh menarik bukan? Coba kamu pikirin deh kalau kamu di posisi working mom atau working dad, kamu bakal setuju apa enggak dengan ide penulis? Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk pembaca. Feel free to comment and give me your opinion :)



Comments

Popular posts from this blog

Product Review: Tong Tji Tematik varian Matcha Latte

Masih dalam rangka mengganti kopi jadi greentea, pencarian matcha instan masih terus dilakukan agar terbentuknya list greentea/matcha favorit based on my opinion. *cailah* Next product that I'll review is Tong Tji Tematik varian Matcha Latte. Siapa sih yang gak tau Tong Tji. Salah satu merk teh terkenal yang namanya sudah tidak asing lagi ini sekarang mengeluarkan produk minuman latte instan dengan berbagai varian dan salah satunya adalah varian matcha latte.  Sesuai dengan slogannya (Berasa ngafe!), rasa matcha latte dari Tematik ini sangat mirip dengan rasa matcha latte di cafe atau kedai minum lainnya. Dengan kandungan ekstrak teh hijau sebanyak 3.24%, rasa dari matcha latte ini cenderung manis dan terasa banget krimernya. But this one won't be on my list. Udah coba w sajikan hangat, dingin, dan di tambah espresso, but it still same. It didn't suit my taste. Karena rasa manisnya yang dominan, rasa matcha-nya jadi kurang terasa disini. And that's not kind of matcha th...

Product review: Matchamu varian Matcha Latte

Sejak tahun 2012, w udah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan greentea. Sebagai penggemar dari minuman greentea (khususnya matcha), w termasuk penikmat yang lumayan pilih-pilih untuk rasa dari minuman matcha. Baik itu fresh matcha dari kedai minuman, maupun matcha instan. Minuman greentea pertama yang w icip adalah dari brand j.co: greentea frappe! Dengan rasa yang sedikit lebih pahit dari pada minuman matcha pada umumnya, greentea frappe ini sukses meracuni lidah sw. Seiring waktu berlalu, banyak tempat minum yang mulai menawarkan menu matcha. Tapi susah banget buat nemuin racikan matcha dengan dominan rasa pahit seperti greentea frappe-nya J.co . Lalu tahun lalu, I found it! Matcha latte dari Kedai minuman Point Coffe (Indomaret). With 90% similarity in taste, matcha latte dari Point Coffe ini gak kalah enak dari yang sebelumnya. Dan dengan harga yang lebih murah, kualitas minumannya pun gak abal-abal. W so happy ketemu matcha yang enak dan murah tapi gak murahan ini. Sampai sek...

Hot Chamomile Tea

  Tuesday, December 6th, 2022 Starting the day with productive activities in the morning: laundry!. Accompanied by the rain and thunder that pour in the Coconut Ivory (intentionally translate the name lol) area, this morning's laundry activities were the same as usual. After 3 months of being abroad, laundry is one of the activities that I look forward to the most. Because it helps distract my mind off stressful things. Very pleasant. After I finished laundry and the rain also stop, I did another productive activity: looking for candidates for boarding houses. Why? As a newly unemployed person, I need to reduce expenses and consider looking for a cheaper boarding house. I call it one of the tips for survival hahaha. After visiting the 3 candidates, it turns out that all the rooms are on the 4th floor lol. There is a price for quality: the room is on the top floor (quite far and steep) , quite small in size, and a little dirty. After much consideration, I finally decided not to move...